berita narkoba

Berita Nasional Narkoba

Senin, 19 November 2012

Bakar Tongkang Tradisi Bagansiapiapi Sejak Tahun 1878


Bagansiapiapi, bnn - Prosesi Bakar Tongkang Masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), pada tahun ini dapat dikatakan terbesar sepanjang penyelenggaraannya dari tahun ke tahun. Upacara ritual aliran kepercayaan itu, dilakukan untuk memuja Dewa Kie Ong Ya dan Dewa Tai Sun, yang menurut mitos Bangsa Cina adalah Dewa Laut dan Dewa Pengembara. Upacara ini diseleng-garakan setiap tanggal 16 Bulan 5 penanggalan Imlek, yang tahun ini jatuh pada tanggal 5 Juli 2012 .

Oleh karena itu ritual ini juga dikenal dengan istilah Go Ge Cap Lak yang artinya tanggal 16 bulan 5. Dan, ritual ini telah diselenggarakan di Kota Ikan (Bagansiapiapi) sejak tahun 1878, atau sudah berlangsung sejak 134 tahun silam. Tetapi selama era Orde Baru, upacara ini sempat dilarang.

Bagi orang-orang keturunan Cina di Bagansiapiapi, ritual ini merupakan pemberian persembahan bagi Dewa Kie Ong Ya dan Dewa Tai Sun, yang dipercayai telah menyelamatkan perjalanan 18 Orang bermarga Ang. Semuanya berjenis kelamin laki-laki dari Songkla di Selatan Thailand ke Bagansiapiapi.

Setelah melalui pengembaraan yang amat mele-lahkan, ke 18 orang bermarga Ang itu pada tahun 1872 mendarat dengan selamat di sebuah kota pantai di Pulau Andalas yang kemudian dikenal sebagai Kota Bagan-siapiapi. Makanya, mereka dipandang sebagai cikal bakal orang-orang Cina di Kota Bagansiapiapi.
Versi Lain menerangkan, selain 18 orang bermarga Ang yang semuanya laki-laki itu, ada seorang wanita Siam turut dalam rombongan tersebut. Wanita Siam itu adalah istri salah seorang bermarga Ang yang ikut dalam rombongan itu.

Konon kisahnya, ada orang yang membocorkan rahasia bahwa komunitas Cina di Songkla akan diserang oleh orang-orang Siam yang tak suka melihat kehadiran mereka di tempat itu. Maka wanita Siam itupun dibawa lari karena khawatir akan dibunuh oleh orang-orang Siam itu sendiri. Dan, peristiwa itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya ritual Bakar Tongkang.

Bagi orang-orang Cina asal Bagansiapiapi, baik itu yang berada di Indonesia maupun yang sudah menetap di luar negeri, ada kewajiban moral untuk berpartisipasi dalam upacara tahunan tersebut. Bagi yang tinggal di luar kota, mereka merasa terpanggil untuk pulang untuk ambil bagian dalam upacara tersebut.

Bila tidak sempat pulang mereka merasa berkewajiban me-nyumbang untuk kelenteng, sebab bila tidak ambil bagian sama sekali, mereka percaya malapetaka akan menimpa diri mereka dan Keluarga. Jumlah mereka itu amat banyak, mencapai jutaan orang. Karena itulah event itu dianggap mengandung nilai jual yang amat tinggi menyusul peranan spiritualnya ber-potensi mendatangkan orang-orang dari dalam dan luar negeri ribuan orang setiap tahunnya.

Diakui oleh Pemkab Rokan Hilir, penyeleng-garaan event spektakuler tersebut masih menyimpan kontroversi tersendiri. Namun adanya pihak-pihak yang belum dapat menerima event itu tidak menyurutkan tekad Pemkab Rokan Hilir untuk menyokong panitia penyelenggara dalam rangka mendatangkan Wislok, Wisnus, dan Wisman.

Pada acara tahun 2012 ini, diperkirakan tak kurang dari 2000 orang memadati Kota Bagansiapiapi untuk menyaksikan Ritual Bakar Tongkang.

Acara itu kali ini dihadiri Dirjen P2HP (Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan) Kemen-terian Perikanan dan Kelautan RI, Ir. Saut Parulian Hutagalung MSi, Kapolda Riau Brigjen Pol. Suedi Husin beserta rombongan, Bupati Rohil H. Annas Maamun, Ketua DPRD Rohil Nasruddin Hasan, dan para Kepala Dinas/Badan/Kantor di lingkungan Pemkab Rohil.

"Pada acara tahun ini, tumbang tiang tongkangnya mengarah ke darat dan ke laut, yang menurut pemahaman masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi mengisyaratkan bahwa rezeki ada di laut dan di darat," kata Yahya, salah seorang warga Cina Bagansiapiapi.

Masyarakat luas di wilayah Rohil yakin, bahwa daerah manapun yang memiliki acara yang berpotensi bisnis seperti itu, pasti akan berupaya mengusungnya untuk dijual. Apalagi sangat dikenal, orang-orang Cina suka berbelanja. Mereka suka makan-makanan yang enak-enak, sehingga berkumpulnya sekitar 2000 orang dari luar Kota Bagansiapiapi untuk menyaksikan ritual upacara Bakar Tongkang tahun ini ke kota tersebut, dinilai sebagai aliran dana yang sangat besar masuk ke wilayah Rokan Hilir.

Pasalnya, bila seorang pengunjung mengeluarkan uang minimal sebesar Rp 1 juta saja untuk kebutuhan makan minum, penginapan,  dan berbelanja dalam sehari, maka dipastikan ada dana sebesar Rp 2 milyar per hari masuk ke semua segi dalam kehidupan bisnis di kota itu.   

Artinya, kehadiran para pengunjung ritual upacara Bakar Tongkang otomatis memberikan penghasilan tambahan yang sangat signifikan kepada pemilik hotel restoran, kedai-kedai kelontong, bahkan tukang beca, ojek, para pengusaha jasa angkutan, dan lain-lain.

Upacara menghidupkan kembali event Bakar Tongkang itu sesungguhnya sudah dimulai pada tahun 1992, setelah dilarang sejak tahun 1966. Namun, barulah pada tahun 1999 diizinkan menyusul keputusan Presiden Gus mencabut semua jenis larangan seperti itu.

Tahun-tahun pertama diselenggarakannya kembali event tersebut menghadapi banyak gangguan. Tapi pada tahun 2003, ritual Bakar Tongkang diangkat ke layar kaca oleh Pemkab Rohil melalui "Cerita ke Langit," berdasarkan novel Ediruslan Peamanriza dan skenarionya ditulis oleh sastrawan dan budayawan Rohil, Alm. H. Sudarno Mahyudin.

Lantas sinetron itu dibintangi sederetan artis tenar seperti Hendri Hendarto, Eva Malik, Sultan Saladin, Olga Lydia, dan seorang bintang tamu asal Singapura, Marina Yusuf, yang kemudian dita-yangkan TVRI pada 2 Oktober 2004. Sejak saat itulah dapat dikatakan gaung Bakar Tongkang tidak pernah senyap.

Tahun 2005, Olga Lydia kembali ke Kota Bagansiapiapi membawa kru Trans-TV untuk mengekspos ritual Bakar Tongkang. Kru Trans-TV sempat mewawancarai Sudarno Mahyudin seputar Riwayat Bakar Tongkang itu. Dan pada tahun 2007, Kru AnTV turun ke Bagansiapiapi untuk meng-ekspose acara ritual Bakar Tongkang. Pada tahun itu juga Bakar Tongkang mini dipertunjukan di Taman Mini Indonesia Indah. Tak kurang dari 10 ribu pengunjung menyaksikan ekspose tersebut, dan pertunjukan itu juga dihadiri 27 perwakilan negara asing yang ada di Jakarta.

Kemudian pada tahun 2012 ini, dapat dikatakan kemeriahan upacara Bakar Tongkang merupakan puncak acara dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga diharapkan di tahun-tahun mendatang lebih bakal kian meriah lagi. (alpasera/afriz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan pesan Anda.

Berita Nasional Narkoba