berita narkoba

Berita Nasional Narkoba

Kamis, 22 November 2012

Bengkalis Negeri Junjungan Menjadi Mendung "Mana Janjimu Pak Bupati Herlian Saleh?"


Bengkalis, bnn
Masyarakat Bengkalis bukan meminta sebongkah berlian seperti lagu "Bang Toyib" yang disenandungkan grup Band Wali, sebab masyarakat Bengkalis hanya menagih janji seperti lantunan grup Band Nidji "Mana janji manismu yang pernah kau ucapkan dulu, kini hanya tinggal kenangan?"

Masyakat Bengkalis menuntut janji Bupati Bengkalis, Ir H.Herlian Saleh M.Sc, sewaktu mengatakan mengemban visi dan misi rakyat Bengkalis harus bersih, sehat, dan sejahtera. Buktinya, saat ini masyarakat merasa kebalikan dari visi dan misi tersebut, sebab bersih menjadi kotor akibat korupsi, sehat menjadi sakit karena sulitnya biaya pengobatan yang mahal alang kepalang. Dan, sejahtera menjadi sengsara disebabkan berbagai program tidak berjalan termasuk program Jamkesmasda sehingga masyarakat harus membayar sendiri obat obatan tanpa biaya program Jamkesmasda dan harus merelakan dana APBD disilvakan dua tahun terakhir semenjak kepemimpinan Herlian Saleh.

Kinerja Bupati Bengkalis, Ir Herlian Saleh MSc, kini menjadi hujatan masyarakat Bengkalis. Dia dianggap sebagai bupati yang tak bisa memimpin kota bertuah yang kaya dengan hasil alam dan dijuluki oleh masyarakat Bengkalis dengan sebutan "Negeri Junjungan."

Ya begitulah. janji tinggallah janji, padahal Bupati Herlian Saleh adalah Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bengkalis yang dipilih dan terpilh oleh masyarakat Bengkalis dalam Pemilukada Kabupaten Bengkalis tahun 2010, menggantikan posisi Drs H. Syamsurizal MM yang pernah menjabat selama dua Periode. Kini Syamsurizal, bakal calon (balon) Gubenur Riau, mendapat gelar Datuk Sri Mahkota Sempurna Negeri.
Semenjak kepimpinan Bupati Herlian Saleh sesungguhnya kinerja pembangunan pemerintah Kabupaten Bengkalis jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, antara lain PDRB dilaporkan mengalami kenaikan Rp 18,78 triliun dari Rp 15,39 triliun tahun sebelumnya, dan serapan dana pembangunan 82,5%.

Belakangan, Situasi Bengkalis diduga tidak sesuai dengan apa yang dilaporkan Bupati Herlian Saleh kepada pemerintah dan masyarakat, melihat kondisi program Pembangunan di Bengkalis sangat jauh dibandingkan apa yang disampaikan Bupati Bengkalis Herlian Saleh pada laporan keterangan pertanggung jawaban Bupati (LKPJ) 2011, sehingga diduga substansi LKPJ itu fiktif.

Sumber bnn mengatakan akhir September 2012, sangat perlu dipertanyakan kinerja instansi dinas terkait tentang pembangunan yang banyak terbengkalai, sehingga terus dilakukan pelelangan ulang dengan anggaran yang sama namun sampai saat ini pekerjaan tersebut tak kunjung selesai. "Tanpa kita sadari, proyek-proyek itu telah banyak menelan uang negara.  Permasalahan ini akan terus berlarut-larut, ibarata pribahasa Melayu mengatakan: Ibarat Api dalam Sekam," kata sumber bnn itu.

Selain itu, Bupati Bengkalis Herlian Saleh, menyampaikan komentar pada pertemuan dengan tujuh lintas asosiasi 24 Agustus 2012: "Kapal kami besar pak, banyak bocor harus ditambal. Kalau seandainya terbukti dari staf atau pihak kami yang melanggar aturan, silakan laporkan ke pihak hukum. Kita kan negara hukum."
Akhir dari pembicaraan bupati yang mengibaratakan Bengkalis sebagai sebuah kapal, mengingatkan kita tentang legenda Riau, lagu khas daerah Riau,  Lancang Kuning berlayarlah malam, kalau nahoda kuranglah paham, alamatlah kapal akan tengggelam.

Pada kesempatan itu juga bnn sempatan mewancarai para tokoh ormas dan politisi muda yang dianggap terkemuka di Kabupaten Bengkalis, antara lain Tengku Zuhri.

Zuhri mengatakan dengan tegas, seorang pemimpin bukan hanya menyandang gelar atau berpendidikan hingga keluar negeri. "Tetapi dia harus tegas dalam mengambil keputusan termasuk kepada bawahannya, dalam arti kata tidak untuk ditakuti tetapi disegani. Sebab, permasalahan kalau tidak ada solusinya, akan sulit bagi masyarakat mencari keadilan. Maka masyarakat pun akhirnya mencari keadilan sendiri, sehingga klimaksnya bisa adi bom waktu bagi masyarakat itu," kata Zuhri.

Sedangkan politisi muda berbakat, Irmisyakip Arsalan S.Sos mengatakan, seorang pemimpin yang terpilih nantinya tidak cukup dengan sumpah jababatan saja. Kalau perlu harus ditambah dengan sumpah pocong, karena masyarakat sudah cukup trauma bahkan kini jadi sugesti negatif di kalangan masyarakat luas.

"Makanya kita sering lihat pada setiap Pemilu, banyak masyarakat tidak memilih karena kurangnya rasa percaya dari masyarakat. Mereka beranggapan dari para calon pemimpin itu, bakal lahir lagi pemimpin dengan mekanisme yang sama..." tutur  Irmisyakip Arsalan, sambil berseloroh menambahkan, "Saya haluskan dengan nyanyian Maherzein Insyaallah ada jalan.”  (mp/ilmi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan pesan Anda.

Berita Nasional Narkoba