berita narkoba

Berita Nasional Narkoba

Selasa, 04 Desember 2012

Kepsek Gadungan Beroperasi di Batam Menipu Komunitas SD Melati Indah


SEORANG wanita separuh baya bernama Costavina Schaduw (CS), mengobrak abrik kepsengurusan SD Melati Indah yang berlokasi di Baloi Kebun, RT 07/RW 02,  Kelurahan Taman Baloi, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dia meng angkat dirinya sendiri menjadi Kepala Sekolah,
kemudian menghasut dan menipu komunitas SD Melati Indah yakni para guru dan orang tua murid agar mengeluarkan anak-anak mereka dari SD Melati Indah, dan pindah bersama dia ke SD di lokasi lain yang disewanya atas dana bantuan Dinas Pendidikan Kota Batam kepada SD Melati Indah.

Kepada bnn di Batam, hari Jumat pagi, 16 Nov 2012, sejumlah mantan rekan kerjanya yang minta identitasnya tidak dimediakan mengatakan, Costavina Schaduw yang akrab dipanggil Cotje, adalah orang yang sungguh-sungguh nekad mengaku diri-nya guru. “Padahal, sertifikat setingkat D3 saja dia tak punya, apalagi sertifikat guru,” kata salah seorang guru wanita SD Melati Indah, yang mengaku sempat terpengaruh bujuk rayu Cotje untuk pindah mengajar bersama dia di sekolah lain yang dibuatnya.

Para sumber bnn dalam perbincangan tersebut, memberikan 3 lembar kertas berisi kronologis berdirinya SD Melati Indah dan kisah perlakuan Cotje terhadap komunitas SD Melati Indah, yang disusun langsung oleh pendiri sekaligus Kepala Sekolah SD Melati Indah, Ny Js Wattimena, didukung para guru dan keluarga besar SD Melati Indah.

Dikisahkan, pada tanggal 4 Juli 2004 Yayasan Pendidikan Citra Anak Bangsa (YPCAB) Batam membuka SD Melati Indah ruli Baloi Kebun, Kelurahan Baloi (saat ini jadi  Kelurahan Taman Baloi), Kecamatan Nongsa (saat ini jadi Kecamatan Batam Kota), Kota Batam, dengan 2 (dua) lokal gedung untuk 22 murid SD kelas I dan 15 murid TK.

Dalam akte pendiriannya, SD Melati Indah itu tercatat didirikan oleh seorang ibu pensiunan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), Ny Js Wattimena, Nip 130066448, tanggal lahir 04/01/38, dengan pangkat/golongan Pembina IV/a, unit kerja terakhir Kepala SD Inpres Namaa Haruku, masa kerja 41 tahun 7 bulan, berhenti akhir Januari 1998, dengan gaji pokok terakhir Rp 617.600 dan pensiunan pokok Rp 463.000, berdasarkan keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, No: IV 13-25/00054/KEP/X/97/T.

Kemudian Ny. Js. Wattimena mendirikan YPCAB dan bertindak sebagai Ketua Yayasan merangkap sebagai guru di SD Melati Indah. Dia dibantu oleh tiga orang pengajar (guru) antara lain Supratman Husen yang diangkat sebagai Kepala Sekolah SD Melati Indah dalam 2 tahun pertama dan merangkap sebagai Sekretaris YPCAB.

Berdasarkan kronologis tersebut, Ny Js Wattimena dan seluruh pengurus YPCAB dan keluarga besar SD Melati Indah menyatakan bahwa SD swasta Melati Indah adalah Fasilitas Umum (fasum) Pendidikan milik warga Baloi Kebun dan sekitarnya, bukan menjadi milik seseorang atau pihak-pihak tertentu.

Ny Js Wattimenan mengakui, sejak beberapa tahun terakhir SD Melati Indah ruli Baloi Kebun  hendak disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

***

PADA bulan Juni 2011, Costavina Schaduw alias Cotje berkunjung ke Batam dari Jakarta dengan tujuan bertemu kakaknya, Elizabeth Schaduw, isteri dari putra Ny Js Wattimena, Viktor Wattimena. Ketika itu, Cotje mengaku sebagai seorang guru dan terakhir mengajar di TK/SD/SMP/SMA Eka Prasetya dengan alamat Komp Perumahan Reni Jaya Blok E 15 no. 8-9,  Sawangan, Depok.
Menyusul kebutuhan guru yang sangat mendesak di SD Melati Indah, tanpa memeriksa rinci status Cotje, pendiri dan pengurus YPCAB langsung mendaulat Cotje untuk ikut aktif mengajar di SD Melati Indah.

Namun, setelah berjalan kurang lebih 4 bulan tanpa masalah, pada November 2011 terjadilah kekacauan yang terbukti akibat kelicikan dan siasat Cotje mengambil alih dan menguasai sekolah dengan cara bergerak di luar sekolah, melobi pemerintah Kota Batam cq Dinas Pendidikan, membangun hubungan dengan pers, dan bertindak sebagai Kepala Sekolah SD Melati Indah dengan gelar Sarjana Pendidikan (SPd).

Diungkapkan para sumber kepada bnn, beberapa saat sebelum kasus itu terungkap, Cotje ternyata telah mengadakan rapat pertama dengan para guru serta memberikan jaminan bahwa dia bisa mengadakan Ujian Nasional sendiri. Dan, dia datangi rumah orang tua murid door to door, menghasut mereka agar memindahkan anak-anaknya keluar dari SD Melati Indah di Baloi Kebun, pindah ke SD yang dibangunnya dengan menyewa lokasi lain, dan menjanjikan  sekolah murah karena dia pakar pendidikan yang punya sekolah TK-SMA di Jakarta, sehingga mampu mencari dana untuk membangun gedung tingkat III buat pengembangan YPCAB.

Setelah rapat rahasia dengan para guru dan turba ke para orang tua murid, aksi Cotje kian berani. Dia hasut komunitas SD Melati Indah, bahwa sekolah itu tidak mungkin berkembang. Dia curi buku-buku SD Melati Indah. “Dan, dia jebloskan Viktor anak saya ke penjara, karena Viktor marah dan bertindak keras kepada dia setelah tahu perbuatannya,” ungkap  Ny Js Watimena secara tertulis dalam kronologi kasus.

Kejadian beruntun itu menghadirkan ketegangan dan perpecahan dalam keluarga besar SD Melati Indah, yang berakhir dengan Cotje memindahkan sebagian besar murid SD Melati Indah ke sebuah lokasi bengkel yang dijadikannya sebagai tempat belajar tanpa kursi dan meja sehingga para murid belajar sambil duduk di lantai.

Bisa jadi dengan cara itu, Cotje sempat mempesona pers dan berhasil menggugah hati pimpinan Dinas Pendidikan, sehingga kabarnya dia mendapat bantuan dana dari salah seorang pimpinan Dinas Pendidikan Kota Batam. Tapi, setelah beberapa waktu Cotje berada di situ, terjadilah pertengkaran di antara guru-guru SD Melati Indah yang ikut pindah, menyusul dana bantuan dari Dinas Pendidikan Kota Batam itu dipakai sendiri dan semena-mena oleh Cotje.

Diapun langsung hengkang ke lokasi lain (Orchid), namun hanya beberapa waktu di situ, sekolah tersebut didemo oleh masyarakat setempat. Kini, tempat belajar mengajar yang dipimpin kepala sekolah gandungan itu sudah tak diketahui rimbanya, karena Dinas Pendidikan Kota Batam kian mengenal siapa Cotje sebenarnya.

Terungkap, sesungguhnya Cotje tidak pernah ditempatkan sebagai guru di TK/SD/ SMP/ SMA Eka Prasetya di Kompleks Reni Jaya Blok E 15 no. 8-9 Sawangan-Depok. “Di sini, dia hanya kami tempatkan sebagai petugas kebersihan (cleaning service), atas belas kasihan ibu saya almarhumah karena dia mengatakan bahwa dia ditinggalkan suaminya,” ujar putra pendiri dan pemilik Yayasan Eka Prasetya kepada bnn, hari Jumat sore di Pamulang.

Menurut dia, kalau pun dia sempat mengajar di yayasan pendidikan itu, hanya untuk menggantikan guru yang berhalangan hadir di TK kecil/TK A. “Dan, dia pun berhenti bekerja dari kami, karena bertikai dengan almarhumah ibu saya,” kata sumber.

Kesimpulannya, tulis Ny Js Watimena, Cotje tidak layak menjadi seorang guru, karena terbukti mentalnya rusak. Dia pernah hidup secara bergantian dengan tiga orang lelaki tanpa melakukan pernikah an, dan lelaki terakhir yang datang bersama dia ke Batam, konon kabarnya adalah suami orang.

Beberapa bulan terakhir sebelum meninggalkan SD Melati Indah, Cotje sering kali melontarkan kata-kata dalam pertikaian dengan orang-orang di sekitarnya: “Kami ini preman Jakarta!” Selain itu, terbukti dia tidak punya ijazah guru, tetapi dengan berani dia tambahkan gelar SPd di belakang nama-nya. (as/fm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan pesan Anda.

Berita Nasional Narkoba