berita narkoba

Berita Nasional Narkoba

Selasa, 20 November 2012

Deteksi Dini Penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)


Bukan hal yang mudah, tapi sangat penting mencegah secara dini.
Beberapa keadaan yang patut dikenali atau diwaspadai adalah:


 A. Kelompok Risiko Tinggi
    Orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga Potential User (calon pemakai, golongan rentan). Tak mudah untuk mengenalinya, tapi seseorang dengan ciri tertentu (kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA ketimbang  dengan yang tak punya ciri kelompok risiko tinggi. 

Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Anak 
    Ciri-cirinya:
>>    Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun).
>>    Anak yang sering sakit.
>>    Anak yang mudah kecewa.
>>    Anak yang mudah murung.
>>    Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar.
>>    Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tata-tertib.
>>    Anak dengan IQ taraf perbatasan (IQ 70-90).

2. Remaja
    Ciri-cirinya:
>>   Remaja yang punya rasa rendah diri, kurang percaya diri, dan punya citra diri negatif.
>>   Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar.
>>   Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas).
>>   Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko tinggi/bahaya.
>>   Remaja yang cenderung memberontak.
>>   Remaja yang tidak mau mengikuti peraturan/tata nilai yang berlaku.
>>   Remaja yang kurang taat beragama.
>>   Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA.
>>   Remaja dengan motivasi belajar rendah.
>>   Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler.
>>   Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual (pelupa, sulit bergaul, sering masturbasi, suka menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis).
>>   Remaja yang mudah menjadi bosan, jenuh, murung.
>>   Remaja yang cenderung merusak diri sendiri.

3. Keluarga
    Ciri-cirinya:
>>    Orang tua kurang komunikatif dengan anak.
>>    Orang tua yang terlalu mengatur anak.
>>    Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi di luar kemampuannya.
>>    Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk.
>>    Orang tua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orang tua berselingkuh atau menikah lagi.
>>    Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar-salah yang jelas.
>>    Orang tua yang tidak dapat menjadikan dirinya teladan.
>>    Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA.

B. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza

1. Perubahan Fisik
    Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
>>   Pada saat menggunakan NAPZA: Jalan sempoyongan, bicara cadel, apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga.
>>  Bila kelebihan dosis (overdosis): Nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit terasa dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
>>   Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau): Mata dan hidung berair, menguap terus menerus, diare, rasa sakit di seluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
>>   Pengaruh jangka panjang: Penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik).

2. Perubahan Sikap dan Perilaku 
    Gejalanya :
>>   Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas,kurang bertanggung jawab.
>>    Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tampat kerja.
>>    Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa memberi tahu lebih dulu.
>>   Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain di rumah.
>>  Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian menghilang.
>>    Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengompas, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
>>   Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.

C. Peralatan yang Digunakan
    Ada beberapa peralatan yang dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis NAPZA tertentu. Misalnya pada pengguna heroin, pada dirinya, dalam kamarnya, tasnya atau laci meja terdapat antara lain:

>>   Jarum suntik insulin ukuran 1 ml, kadang-kadang dibuang pada saluran air di kamar mandi,
>>   Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya,
>>   Sedotan minuman dari plastik.
>>   Gulungan uang kertas, yang digulung untuk menyedot heroin atau kokain,
>>   Kertas timah bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin dibakar.
>>   Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin,
>>   Botol-botol kecil sebesar jempol, dengan pipa pada dindingnya.


D. Terapi dan Rehabilitasi 

1.  Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA.
    Tujuan ini tergolong sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.

2.   Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps.
    Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps. Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, program terapi kognitif, opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.

3.  Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.
    Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.
Disadur Epi Yulianto,
dari artikel "Hidup Sehat dengan Herbal Alami."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan pesan Anda.

Berita Nasional Narkoba