berita narkoba

Berita Nasional Narkoba

Selasa, 27 November 2012

Narkoba di Belakang Kebrutalan Geng Motor “Sikat... Jabar Harus Aman!”



 Berandalan bermotor yang menyebut diri mereka Geng Motor, beberapa tahun terakhir ini dinilai sangat mengganggu ketentraman masyarakat Jawa Barat. Kebrutalan yang dianggap banyak pihak sebagai ekstra berani dari gerombolan yang rata-rata tergolong pemuda bahkan masih remaja usia belia itu, disinyalir didukung penyalahgunaan penggunaan narkoba. Sehingga Kapolda Jawa Barat, Brigjen Tubagus Anis Angkawidjaya, yang baru saja menggantikan pendahulunya, Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno, hari Kamis, 01 Nov 2012, tak mau kecolongan akibat ulah para berandalan itu. Dikatakannya, persoalan berandalan bermotor di Jawa Barat tetap menjadi perhatiannya. Dan, dia tidak akan segan-segan menindak tegas mereka yang sudah menjurus pada tindakan kriminal. “Jabar harus aman. Kalau ada berandalan bermotor berulah, harus kita sikat, dan bila mereka terbukti bersalah, harus diproses sesuai aturan hukum,” tutur mantan Kapolda Sulawesi Tenggara itu kepada pers, usai acara pisah sambut di Mapolda Jabar, Jl Soekarno Hatta Bandung, hari Kamis, 01 Nov 2012. Menuliskan gebrakan Polda Jabar dan instansi terkait beberapa waktu terak hir ini, bnn menurunkan dua wartawannya, Kemal dan Bambang Budy, melacak fakta, lalu dilengkapi oleh Kepala Perwakilan bnn  Jabar Deden Kusdinar SP. Berikut laporan mereka.


WAKAPOLDA Jawa Barat (Jabar), Brigjen Pol. Hengkie Kaluara, beserta istri menyambut Kapolda Jabar yang baru, Brigjen Polisi Tubagus Anis Angkawijaya beserta istrinya, Iis Siswati Budiman, dalam upacara yang sederhana tapi hikmat.


Itu merupakan acara lanjutan dari beberapa saat sebelumnya, ketika pendahulunya Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno beserta istri Coretta Bayuseno Kapoyos, menyambut Brigjen Tubagus Anis pada hari pertama tugasnya di Jawa Barat. Anis meninggalkan jabatan lamanya sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara, sedangkan Irjen Putut Bayuseno menerima jabatan baru sebagai Kapolda Metro Jaya.Turut hadir pada upacara itu, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, berserta istri.

Sekilas tak ada kesan angker pada pribadi Brigjen Tubagus Anis Angkawijaya. Tetapi seusai acara pisah sambut itu, kepada pers dia dengan tegas mengatakan: “”Jabar harus aman. Kalau ada berandalan bermotor berulah harus kita sikat, dan bila mereka terbukti bersalah harus diproses sesuai aturan hukum.”

Menurut Anis, Jabar kini sudah punya polisi siswa, dan diberdayakan untuk memonitor aktivitas berandalan bermotor, terlebih di lingkungan sekolah. Mereka juga mengawasi adanya kenakalan remaja. “Makanya, untuk menghadapi permasalahan berandalan bermotor itu, dibutuhkan peran serta segenap pihak. Kami berharap Jabar segera terbebas dari berandalan bermotor dan kenakalan remaja,” katanya.

Keberandalan geng bermotor di Jabar yang dinilai anarkis itu sudah dikenal sejak kurang lebih medio tahun 2000an, sehingga masyarakat Jawa Barat pada umumnya dihantui ketakutan terhadap tingkah laku dan perilaku anggota geng motor dan para preman sadis itu. Pasalnya, kendati rata-rata mereka masih berusia muda belia, perilaku mereka sudah tak lagi tergolong kenakalan remaja tapi masuk kategori kriminal tingkat tinggi seperti melakukan kekerasan pembunuhan, penganiayaan di jalan raya, perampokan, penusukan, perampasan, bukan sekedar hanya korban harta benda tapi juga korban jiwa.

Sebagai contoh, pada bulan November 2007, seorang warga Bandung menjadi korban kekerasan geng motor. Selain harta bendanya dijarah, korban juga dilukai dengan senjata tajam. Aksi gerombolan geng motor itu terjadi pada hari Kamis tengah malam, 15 November 2007, di Jl Lembong, Bandung.

Sehari sesudah kejadian itu sang korban, Adi Samsul Hadi (19), melaporkan peristiwa itu kepada polisi bahwa dia menjadi korban perampokan oleh geng motor ketika tengah menunggu taksi di Jl Lembong. Selain dianiaya, warga Jl Arjuna Nomor 3 RT 01/08 Cicendo, Bandung, itu juga harus kehilangan sebuah telepon genggam Nokia seharga Rp 2 juta dan sejumlah uang tunai. Akibat penganiayaan tersebut, korban menderita luka serius pada bagian muka dan lengannya karena berupaya menangkis serangan senjata tajam yang dilancarkan sekitar enam orang pelaku. “Waktu itu saya sendirian, tengah menunggu taksi.

Tiba-tiba muncul serombongan pengendara sepeda motor mendekat ke tempat saya, dan tanpa diduga mereka menyerang dan saat saya tidak berdaya mereka merampas dompet serta HP saya,” tutur Adi kepada petugas.

***

DISADARI, kebrutalan para geng motor yang rata-rata berusia remaja itu banyak dipe-ngaruhi penyalahgunaan narkoba dan minuman keras (miras). Makanya untuk menghambat pengaruh tersebut, di Kabupaten Bandung, hari Sabtu, 20 Okt 2012, sebanyak 200 pelajar SMA/SMK bersama para pembimbingnya yang tersebar di 20 sekolah di Kec. Majalaya, dikumpulkan mengikuti sosialisasi penyuluhan bahaya narkoba, di halaman kantor Camat Majalaya.

Terjun langsung ke acara itu Ketua Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Bandung sekaligus Wakil Bupati Bandung, Deden R. Rumaji, Camat Majalaya, H Aep Ahmad Muslim, M.Si, Kapolsek Majalaya, Kompol Rundi Adesunia, dan sejumlah petinggi instansi terkait lainnya.

Menurut Deden, sosialisasi tersebut merupakan agenda rutin BNK terhadap para siswa maupun masyarakat umum, dan hal itu merupakan kesepakatan seluruh BNK di Jabar demi membersihkan Jabar dari pengaruh narkoba. Karena itu, sekalipun jumlahnya mengalami kenaikan, tetapi presentasi penyebaran dan penyalahgunaan narkoba di Kab. Bandung mengalami penurunan. “Makanya kami terus berupaya menekan persentase penyalahgunaan narkoba di wilayah Kabupaten Bandung,” ujar Deden.

Dia menambahkan, sosialisasi tentang bahaya narkoba itu perlu terus ditingkatkan, se-hingga ruang gerak para pelaku pe-redaran gelap narkoba itu kian sempit, agar jangan sampai para pelajar dijadikan sasaran empuk untuk dijadikan pengguna narkoba.

Kian gencarnya penyebaran narkoba, tutur Deden, disebabkan sejumlah faktor penting. “Bisa karena faktor lingkungan dan pengangguran, yang berdampak negatif bagi sosial masyarakat. Memang kita harus jujur bahwa setiap tahunnya mencari lapangan kerja itu semakin sulit, tapi itu tidak bisa kita jadikan tolok ukur untuk kita terjebak dalam cengkeraman narkoba,” papar Wabup Kabupaten Bandung, Deden R. Rumaji.

Sebab itu, tegasnya lagi, sosia-lisasi penyuluhan pencegahan bahaya narkoba terhadap para pelajar tersebut semakin penting saja, mengingat pada usia belia tersebut mereka mudah dipengaruhi heroisme kendati arahnya negatif seperti berkomplot di geng motor. “Kan masa remaja itu merupakan masa labil, sehingga sangat rentan mereka menjadi korban narkoba,” paparnya.

***

MENANGGAPI kerawanan kriminalitas di Jabar, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, mengatakan sekilas kepada bnn usai acara pisah sambut Kapolda Jabar tersebut, bahwa wilayah Jawa Barat sangat luas. “Bahkan Kabupaten Bekasi, Kota Depok, dan Kota Bogor itu, lebih dekat dijangkau dari Jakarta ketimbang Bandung,” tuturnya.

Jadi, menurut dia, diperlukan kerja ekstra keras untuk mengamankan wilayah Jawa Barat yang berdam-pingan dengan DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan Provinsi Jawa Tengah. Makanya, pengamanan di Jawa Barat selalu memperhatikan agenda-agenda khusus antara lain menghadapi hari-hari raya dan event-event penting se-perti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar, yang rencananya akan berlangsung pada awal tahun 2013.

Untuk agenda khusus Pilkada Jabar itu, Wakapolda Jabar, Brigjen Pol Hengkie Kaluara, mengatakan kepada pers bahwa Polda Jabar sudah me-nyiapkan antisipasi khusus bila terjadi hal terburuk. Antisipasi tersebut dilaksanakan Polda Jabar dengan melakukan latihan gabungan antarfungsi di Markas Brimob Polda Jabar, di Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, menjelang akhir bulan Oktober 2012.

“Sesuai latihan yang memang dipersiapkan untuk pengamanan langsung Pilgub, operasi itu disesuaikan de-ngan situasi masyarakat yang cepat berubah dan dinamika yang terjadi di masyarakat,” ujarnya. 

Dia akui, Pilkada Jabar itu baru akan terjadi beberapa bulan ke depan, tetapi Polda Jabar tidak mau terlena dan telah menyiapkan sekitar 20 ribu personil. Itu dilakukan untuk memberikan ke-amanan, ketertiban, dan kenyamanan masyarakat, dalam menggunakan hak suaranya dalam Pilkada Jabar nanti. “Jumlah tersebut adalah 2/3 kekuatan Polda Jabar, tapi jumlah personel yang berhadapan dan melakukan pengamanan langsung sekitar 750 personel,” papar Hengkie.

Dikatakannya, operasi pengamanan Pilgub Jabar yang diberi nama sandi operasi “Praja Lodaya 2013” itu, memiliki enam tahapan pengamanan. Tahapan tersebut memberikan gambaran kesiapan Polda Jabar dalam pengamanan. Itu sebabnya latihan tersebut, juga dihadiri Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jabar dan Pengawas Pemilu Pilgub 2013.

“Dalam latihan, juga lengkap diperlihatkan kesiapan kami dalam pengamanan mulai dari tahapan pencalonan sampai dengan pelantikan Wagub de-ngan situasi paling buruk, juga ditonjolkan cara mengantisipasinya,” kata Brigjen Pol. Hengkie Kaluara.

Adapun tahapannya, yakni pengamanan penetapan Cagub dan Cawagub, pengamanan kampanye pada tanggal 7-20 Februari 2013, pengamanan masa tenang pada 21-23 Februari 2013, pengamanan tempat pemungutan suara (TPS) pada 23-25 Februari 2013, pengamanan penghitungan ulang suara pada 25 Februari-2 Maret 2013, dan pengamanan pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur pada 13 Juni 2013.

Untuk skala prioritas pengamanan, Hengkie mengatakan semua wilayah memiliki prioritas lantaran Pilgub ini diikuti semua kota/kabupaten di Jabar. Itu sebabnya, tutur Hengkie, Polda Jabar meminta informasi dan laporan hasil evaluasi dari masing-masing satuan wilayah tingkat kota/kabupaten untuk menyiapkan pengamanan sedini mungkin.

“Yang jelas kami sudah siapkan situasi paling jelek agar anggota semuanya siap dan jangan sampai lengah dan menganggap kegiatan rutin saja. Karena operasi itu berbeda dari pekerjaan sehari-hari. Operasi itu sasarannya jelas, batas waktunya jelas, cara bertindaknya jelas, dan orang-orangnya jelas,” kata Hengkie. Hengkie pun mengaku, Polda Jabar sudah mencermati dan mengikuti perkembangan kegiatan teroris dalam beberapa waktu lalu seperti yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah.

Itu sebabnya mengapa Polda Jabar memiliki standard operating procedure (SOP) dalam pengamanan Pilgub nanti. “Ada tim yang mengantisipasi situasi jika berubah menjadi anarkistis. Seperti unit anti anar-kis, unit anti teror dan penjinak bom. Itu tim yang dipersiapkan jika situasi sangat kritis. Sebab jika dibiarkan akan menimbulkan korban yang lebih besar baik jiwa maupun harta benda,” ujar Hengkie.

Ketika ditanya apakah ada prosedur tembak di tempat, Hengkie tidak mengiyakan dan tidak menidakkan. Ia hanya menjawab semua itu sudah diatur dalam SOP ketika menggunakan senjata. “Prosedur itu sudah diatur dalam menggunakan peluru apa dan tahapannya jelas,” katanya. 

Hengkie pun yakin meski pengamanan berbarengan dengan datangnya tahun baru dan Natal tidak menjadi masalah. Sebab kedua agenda tersebut itu merupakan ka-lender Kamtibnas yang disiapkan. “Semua tetap menjadi prioritas. Sasarannya berbeda tapi anggotanya sama,” kata Hengkie. Selain itu, tuturnya, apa yang jadi agenda pada Pilgub Jabar tersebut adalah gambaran konkret bagaimana Polda Jabar mengamankan wilayah itu. “Semua berjalan dalam perencanaan dan pentahapan yang jelas.

Kan Jabar harus aman,” simpul Wakapolda Jabar, Brigjen Hengkie Kaluara, mengulangi ungkapan Kapolda Jabar, Brigjen Polisi Tubagus Anis Angkawijaya. (tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan pesan Anda.

Berita Nasional Narkoba