Kendati sudah tersingkap sejumlah rute baru penyebaran narkoba ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi Kepolisian Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tetap bersiaga penuh mengantisipasi setiap bentuk terobosan dari mancanegera. Pasalnya, tutur Kapolda Kepri Brigjen Pol Yotje Mende kepada pers di sela-sela peresmian Gedung Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP Kepri) dan Badan Narkotika Kota (BNNK) Tanjungpinang di Batubesar, Nongsa, hari Senin, 9 Juli 2012, Kepri tercatat sebagai provinsi kedua yang dijadikan tempat transit narkoba Se-Indonesia. Sedangkan untuk pengguna narkoba, menempati rangking 11 dari 33 provinsi yang ada. Wartawan bnn Kepri, Marulitua Pasaribu, melaporkan pantauannya dari provinsi di perbatasan Indonesia, Singapura, dan Malaysia itu, dalam melaksanakan fungsinya aparat Polda Kepri secara bersama bergandengan tangan dengan pihak-pihak terkait, termasuk masyarakat luas.
MENYAMBUT sapaan sejumlah kuli tinta di sela-sela peresmian Gedung BNNP Kepri dan BNNK Tanjungpinang di Batubesar, Nongsa, hari Senin, 09 Juli 2012, Kapolda Kepri Brigjen Pol Yotje Mende, mengatakan: "Kita harus tetap siaga penuh, karena operasi para bandit narkoba itu seakan-akan tidak pernah tidur."
Soal terjadinya anomali rute penyebaran narkoba dari gerbang perbatasan di wilayah Kepri ke wilayah-wilayah sepi di kasawan Timur Indonesia, menurut Brigjen Pol. Mende, itulah perkembangan terobosan para pedagang barang haram itu. "Tetapi Polda Kepri tak akan pernah lengah sedikitpun juga, sebab Kepri tercatat sebagai provinsi kedua lokasi transit narkoba se-Indonesia," tegas Mende.
Kepala Koordinator Staf Ahli BNN, Irjen Abi Manyu, mengatakan dalam kata sambutannya pada persemian Gedung BNNP Kepri dan BNNK Tanjungpinang itu, posisi Kepri pada urutan kedua tersebut sesudah Jakarta, disebabkan keluar masuknya narkoba di wilayah itu terbilang gampang. "Soalnya, di provinsi ini begitu banyak pintu keluar masuk baik yang resmi maupun yang tidak resmi, sehingga sangat sulit untuk mengontrolnya," ujar Abi Manyu kepada pers.
Dari situasi dan kondisi wilayah seperti itu, Kapolda Kepri Brigjen Pol Yotje Mende, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan tugas secara bersama-sama dengan semua pihak terkait. "Ini termasuk juga dengan masyarakat luas, karena polisi tidak bisa bekerja maksimal tanpa dukungan masyarakat," tutur Yotje Mende.
Kepada bnn Kapolres Kabupaten Karimun, AKBP Benjamin Sapta,Sik, mengatakan makanya untuk menjalankan misi Polda Riau itu pihaknya terus menerus mengimbau kepada seluruh komponen masyarakat, agar selalu bersama-sama dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran narkoba di lingkungan warga masyarakat. "Mereka kami minta segera melaporkannya, jika melihat gerak gerik yang mencurigakan mengenai peredaran narkoba. Kepada semua anggota kepolisian, Ketua Rukun Tetangga (RT) di lingkungan warga itu sendiri, kami minta menjadi sebagai polisi masyarakat (polmas) karena mereka di wilayah terdepan dan terdekat dengan setiap peristiwa," katanya Benjamin.
Masyarakat luas, tegas AKBP Benjamin Sapta, adalah mitra sejati Polri dalam melaksanakan tugas. "Apalagi di wilayah perbatasan seperti Kepri ini yang terdiri dari ratusan pulau-pulau kecil, dengan wilayah lautan yang membentang luas dan berbatasan langsung dengan dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura," tambah Benjamin.
Karena itu, Benjamin berharap, agar seluruh masyarakat khususnya warga Kabupaten Karimun, selalu bersama-sama bergandeng tangan guna mengantisipasi masuknya jaringan peredaran narkoba yang dapat merusak generasi penerus bangsa. "Niat dari masyarakat itulah yang menciptakan cara terampuh untuk mencegah bahkan memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkoba, dan itu harus dimulai dari lingkungan warga itu sendiri," ujar Benjamin.
***
SEBAGAI provinsi kedua terbesar yang jadi lintasan internasional perdagang gelap narkoba, otomatis Kepri menjadi salah satu kontributor terbesar yang menghadirkan malapetaka narkoba di NKRI. Betapa tidak, berdasarkan hasil survei BNN, Indonesia kini tercatat dimukimi kurang lebih empat juta orang yang positif menggunakan narkoba. Jumlah ini dinilai sudah sangat mengkhawatirkan, dan perlu mendapat perhatian maksimal oleh seluruh lapisan masyarakat.
Apalagi dari survei itu, terungkap pula bahwa kerugian material yang disebabkan narkoba di Indonesia pada tahun 2004 mencapai jumlah sebesar Rp23,6 triliun. Jumlah itu terus meningkat, karena produsen dan distributor serta pengguna narkoba terus meningkat dari tahun ke tahun. "Ini yang menyebabkan Polda Kepri, terus mencegah dan memberantas peredaran narkoba di Kepri, dan akan terus siaga memberi dukungan kepada BNN," kata Brigjen Pol. Yotje Mende.
Diakui Mende, mengawasi dan mencegah apalagi menuntaskan peredaran gelap narkoba di wilayah itu, adalah pekerjaan yang harus dihadapi secara serius oleh semua pihak terkait. Pasalnya, wilayah perbatasan dengan ratusan pulau kecil tersebut, menyimpan beragam misteri dari niat para bandit narkoba internasional yang setiap saat mengkaji dan menghitung peluang sekecil apapun.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jendral Bea dan Cukai (DJBC) Khusus Kepri, Hari Budi Wicaksono, menuturkan kepada bnn bahwa pihaknya setiap hari 1 x 24 jam bersiaga penuh.
"Di wilayah ini bukan sekedar narkoba, tetapi juga penyelundupan berbagai jenis barang baik keluar maupun masuk ke wilayah NKRI. Inilah yang patut saya berikan apresiasi kepada setiap anggota BC di wilayah kerja ini, karena kedisiplinan mereka yang tinggi, didukung kepatuhan dan kesiapsiagaan mereka, maka kami dapat menjalankan sejumlah tugas dengan baik," tutur Hari Budi Wicaksono,
Menurut dia, belum lama ini, penyelundupan besar-besaran jenis pasir darat, BBM, pasir timah, juga berbagai jenis elektronik seperti ponsel dan laptop, telah berhasil dicegah oleh petugas BC.
Sedangkan perdagangan gelap narkoba, berhasil ditangkal oleh aparat Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea dan Cukai Batam. "Mereka berhasil menegah penyelundupan narkotika jenis sabu seberat 2,034 Kg yang dibawa seorang wanita melalui Pelabuhan Fery Terminal Batam Center, pada hari Senin 10 Sept 2012, sekitar pukul 15.30 WIB," ujar Hari Budi.
Petugas KPU BC Batam mencegah pemasukan barang yang diduga narkotika jenis sabu itu, berdasarkan hasil uji awal dengan Narcotest Marques Reagent yang dibawa masuk ke Batam secara ilegal dengan modus disembunyikan di dalam koper baju. Kurir itu masuk lewat Pelabuhan Fery Terminal Batam Center dari Pelabuhan Stulang Laut, Malaysia, menggunakan kapal fery Indo Master 3.
Terungkap bahwa barang selundupan itu adalah narkotika golongan I, jenis Methampethamine (Sabu), seberat 2.034 gram yang ditaksir senilai Rp2,734 miliar.
Selain menyita barang bukti sabu, koper dan isinya, petugas BC Batam juga menyita uang tunai sejumlah Rp1,5 juta dari tangan tersangka.
Tersangka lantas diperiksa intensif di Kantor KPU BC Batam, untuk selanjutnya dilimpahkan ke Polda Kepri guna proses penyidikan beserta seluruh barang buktinya.
Dari contoh hasil kerja BC di atas itu, Kakanwil DJBC Khusus Kepri, Hari Budi Wicaksono, sangat yakin bahwa dari sisi peralatan pengontrol semua pihak terkait cukup mampu melakukan tugas dengan baik. "Tapi memang luas wilayah, dan tersebarnya berbagai pintu masuk keluar wilayah NKRI ke negara-negara tetangga itu yang kini terus kami waspadai," paparnya.
Namun begitu, dia sadar ada titik-titik tertentu yang tidak masuk domain kerja pihaknya. Seperti pintu masuk keluar yang dikenal dengan sebutan jalan tikus.
Dari titik-titik seperti itulah acap kali kerawanan penyelundupan di wilayah Kepri menjadi buah bibir, sehingga bila sekedar diperkatakan maka akan menciutkan nyali. "Sesungguhnya, kita sama sekali tak boleh takut sehingga menyerah pada kekuasaan naif para bandit narkoba atau para penyelundup itu. Saya sepakat dengan Pak Kapolda, bila semua pihak terkait didukung masayarakat luas bersama-sama bergandengan tangan memberantas para bandit internasional, maka kita akan mampu membersihkan wilayah Kepri dari berbagai kekuasaan bejat itu," tegas Hari Budi.
Menurut dia, dari berbagai hasil pencegahan dan penangkapan yang dilakukan pihaknya, terbukti bahwa narkoba hampir selalu dibawa kurirnya dari Malaysia melalui Selat Malaka ke Kepri. "Makanya ke depan, salah satu solusi terbaik, kita harus terus meningkatkan patroli di daerah perairan perbatasan, agar wilayah ini tidak menjadi jalur perdagangan narkoba Internasional,” ujar Hari Budi.
***
DANLANAL Karimun, Letkol (P) Sawa, ketika ditemui bnn menanggapi, Kepri berada pada posisi kedua provinsi pelintasan narkoba, disebabkan strategisnya posisi Kepri yang tepat berada di jalur persimpangan Semenanjung Asia Tenggara dan kepulauan Nusantara. "Lihat saja, wilayah Provinsi Kepri yang terdiri dari Tanjung Pinang, Batam, Natuna, Kepulauan Anambas, Lingga, Bintan dan Karimun, semuanya berhadapan langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara," tegasnya.
Jadi, tambahnya, bukan sekedar Singapura dan Malaysia, tetapi juga Thailand, Vietnam, bahkan Filipina, Taiwan, dan juga RRChina. Menurut Letkol (P) Sawa, jika ditelusuri secara serius, maka akan bisa disimpulkan bahwa Kepri tepat berhadapan dengan kawasan segitiga emas narkoba di kawasan Indochina.
Itu sebabnya, wilayah Provinsi Kepri, khususnya Kabupaten Karimun, dinilai sangat strategis, sehingga Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun mengemban salah satu tugas pokoknya melaksanakan patroli keamanan di laut dalam rangka penegakan hukum di laut, dan memiliki kewajiban untuk bersama-sama dengan instansi terkait lainnya turut serta mencegah masuknya peredaran narkoba khususnya melalui laut di perairan Kabupaten Karimun.
"Dapat saya sampaikan juga, bahwa wilayah kerja pangkalan AL Tanjung Balai Karimun mulai sebelah utara berbatas dengan selat Malaka, sebelah selatan berbatas dengan Kabupaten Indragiri Hilir, sebelah barat Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Pelalawan, sebelah Timur dengan Pulau Batam, maka wilayah kerja Lanal Karimun yang cakupannya luas itu meminta keterlibatan masyarakat maritim dalam mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan adanya dugaan peredaran narkoba di wilayah Kepri," papar Sawa.
Jajaran TNI AL, kata Sawa lagi, secara berkala melakukan upaya-upaya lain dalam rangka sharing informasi maupun koordinasi melalui acara coffee morning dengan instansi maritim terkait dan pengguna jasa kemaritiman. "Dalam forum itu kita bisa bersama-sama saling berkoordinasi, sehingga diharapkan dapat bersinergi di dalam mejalankan tugas masing-masing," tuturnya.
Selanjutnya, kata dia, kesiapsiagaan petugas TNI AL Pangkalan Tanjung Balai Karimun, merupakan satuan kerja di bawah pembinaan Pangkalan Utama TNI AL IV di Tanjung Pinang. Sedangkan dalam kegiatan operasional, kami berada di bawah Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat di Jakarta.
Kesiapsiagaan kesatuan Lanal Karimun dalam melaksanakan tugas pokoknya saat ini, didukung Pos AL sebanyak 3 (tiga) buah, yakni Posal Takong Hiu, Posal Leho, dan Posal Moro. Kemudian ada 7 (tujuh) Pos Pengamat Pembantu (Posmattu) TNI AL. Yakni Posmattu di Sungai Guntung, Penyalai, Durai, Tanjung Batu, Buru, Selat Belia, dan Meral. Keberadaan Pos-Pos tersebut adalah sebagai mata dan telinga Lanal Tanjung Balai Karimun dalam menjalankan tugas pokok sehari-hari.
Kemudian dalam melaksanakan patroli keamanan di laut, Lanal Tanjung Balai Karimun didukung 6 (enam) unit Patkamla dan 1 (satu) unit Sea Raider. "Dengan kondisi keterbatasan yang kami miliki saat ini, tidak membuat kami surut dalam kesiapan dan kesiagaan melaksanakan tugas sehari-hari. Sekali lagi, seperti yang sampaikan di atas oleh para petinggi keamanan di wilayah ini, peran serta masyarakat dalam memberikan informasi sangat diperlukan.
Memang melalui informasi yang cepat dan akurat, akan sangat membantu kita dalam penegakan hukum di laut, khususnya dalam memerangi peredaran gelap narkoba melalui jalur laut yang terjadi di wilayah Kepri, khususnya di wilayah kerja Pangkalan TNI Angkatan Laut di Tanjung Balai Karimun yang kita harus jaga dan awasi bersama-sama dari penyalahgunaan barang haram yang dapat menghancurkan generasi penerus bangsa itu," ujar perwira menengah AL yang bersahaja itu. (tim bnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan pesan Anda.