berita narkoba

Berita Nasional Narkoba

Senin, 19 November 2012

Air Mata dan Permohonan Maaf Rano Karno: Lambang Doa dan Kasih Sayangnya!


TERTANGKAPNYA Raka Widyarma, putra angkat H Rano Karno, Wakil Gubernur yang sekaligus Ketua Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Banten, di rumah Jl Perkici Raya EB Nomor 42 Bintaro Jaya Sektor 5, Jakarta Selatan, hari Selasa, 6 Maret 2012, memunculkan sejumlah prediksi dan tanggapan miring.
Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Gandung Ismanto, memprediksikan kasus itu bisa mempengaruhi citra politik Rano Karno sebagai pejabat publik apalagi sebagai Wakil Gubernur. Namun, menurut Gandung, hal itu juga sekaligus menjadi tantangan bagi Rano untuk memanfaatkan momen negatif menjadi hal positif.  Seorang wartawan senior, mantan kuli tinta di Harian Kompas mengatakan kepada bnn, prediksi Gandung itu ada benarnya. Pasalnya, sekitar awal tahun 90an, Grup Lippo dihebohkan dengan pemberitaan seorang petinggi Lippo di AS terlibat pat gulipat mendukung dana bagi terpi-lihnya Bill Clinton sebagai Presiden AS. "Saat itu, seorang petinggi Lippo ber-tanya kepada saya, apakah Grup Lippo dirugikan  akibat berita itu. Saya jawab, nggaklah. Justru luar biasa yang dila-kukan putra mahkota Lippo (James Riady, red) saat itu, sehingga Harian Kompas mau memuat berita tentang Lippo di AS tersebut sampai kurang lebih 30 kali berturut-turut di halaman depan. Buktinya, kan pada saat krisis moneter tahun 1998-2000, Lippo mampu selamat karena didukung para relasinya. Itu karena James mampu mengubah isu miring menjadi positif. Jadi, itu pula yang perlu ditunjukkan Rano," ujar wartawan yang minta identitasnya tidak dipublikasikan.

Tanggapan paling miring datang dari Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Asrorun Ni'am. Menurut dia, Rano Karno sebagai pejabat publik sekaligus public figur, sebaiknya mundur dari jabatannya sebagai Wakil Gubernur Banten sekaligus Ketua Badan Narkotika Provinsi Banten. Pasalnya, Asrorun menilai Rano gagal mendidik putra angkatnya tersebut. "Kalau gentleman secara ksatria seharusnya mundur. Dia terbukti gagal melindungi anaknya sendiri. Harus ada pertanggungjawaban hukumnya," tutur Asrorun kepada pers, hari Minggu, 11 Maret 2012. Membaca, men-dengar, dan menyaksikan, tanggapan-tanggapan miring terhadap Rano Karno terkait persoalan putra angkatnya itu, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bahtera Kasih, Mal Ciputat, Pdt. George Rompas mengatakan dengan tegas hari Sabtu, 21 Juli 2012, kepada bnn: "Kasus itu terjadi beberapa bulan silam, tetapi sikap yang ditunjukkan Pak Rano Karno menang-gapi keterlibatan putranya menggunakan narkoba itu adalah sikap seorang ayah sejati yang patuh dicontoh. Tak pantas Pak Rano dinista atas kejadian itu." Soalnya, menurut George, terlalu banyak sebab yang meng-akibatkan seseorang terpengaruh narkoba, dan kuncinya terletak pada ketahanan jiwa orang tersebut. "Saya juga sempat bertahun-tahun tersesat akibat narkoba, bahkan saya sampai mendekam di penjara. Tapi, akhirnya saya menemukan jati diri saya sekaligus jalan pulang. Dan, itu hanya karena kasih sayang mama, papa, dan saudara-saudara saya," ungkap George serius. Setelah sadar akan kesalahannya, barulah George mengerti bahwa kasih sayang itu menjadi obat paling mujarab. Dia mengerti bahwa ibu, kakak dan adik-adiknya, begitu mengasihi dia. Apalagi ayahnya, sangat membangun semangatnya untuk kembali hidup normal. "Sebagai ayah, Pak Rano  sungguh-sungguh menga-sihi Raka, sekalipun dia  itu bukan darah dagingnya. Itulah yang saya tangkap dari sikap Pak Rano. Permohonan maaf dan air mata yang dia tujukan buat Raka, itulah sikap seorang ayah yang bertanggung jawab. Di air mata itu, Pak Rano bukan sekedar mengungkapkan kesedihan, tapi di situ ada kasih sayang dan ada doanya," kata George dengan mata berkaca-kaca dari atas kursi rodanya.

***

RAKA ditangkap bersama teman wanitanya, Karina Andetia, oleh Polres Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Ia terbukti bersalah telah memesan paket narkoba berisi 5 butir ekstasi dari warga negara Malaysia bermarga Tan lewat aplikasi iPhone, WhatsApp Messenger.
Wakil Gubernur Banten H Rano Karno sesungguhnya sudah mendapat kabar penangkapan anaknya itu, beberapa saat setelah Raka ditangkap hari Selasa, 6 Maret 2012. Namun, Rano  baru bisa bertemu dengan anaknya yang ditahan di Mapolres Bandara Soekarno-Hatta itu, hari Sabtu, 10 Maret 2012, untuk memberi dukungan moril kepada Raka.

Rano tak kuasa menahan air matanya. Dia pun menangis dan mengatakan, "sebenarnya malu, seorang Wagub mena-ngis seperti ini. Tapi ini perih, dia anak saya," tutur Rano kepada pers di kediaman pribadinya, hari Sabtu malam, 10 Maret 2012, usai menjenguk Raka.
Dia akui, dia kecewa dan marah. "Saya simpan selama beberapa hari dan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan ini. Tapi, inilah situasinya, anak saya memang pernah memakai obat-obatan," ujar Rano. Menurut dia, Raka memang putra angkatnya yang dia besarkan sejak bayi atas persetujuan ayah kandungnya yang juga sahabatnya, Piter Hidayat. Dalam pertemuan pers malam itu, Rano didampingi Piter Hidayat.

Rano mengakui, anaknya memang pernah memakai obat-obatan karena depresi sejak dulu. Raka sering diejek karena dia bukan anak kandung Rano. Dan Raka, tutur Rano, adalah seorang penderita penyakit bipolar, mudah sedih. Emosinya labil dan mudah stres. Selama ini, Rano tahu bahwa dokter memberikan obat khusus bagi Raka. Tapi dia tak menyangka bahwa putranya itu kemudian juga mengon-sumsi narkoba. "Dia pernah mengonsumsi, tapi saya tidak tahu apa jenisnya, dan saya tahunya obat dokter," kata Rano.
Saat bertemu di tahanan, ia meminta Raka jangan pernah merasa bersalah kepada dirinya sebagai ayah angkat. "Saya katakan pada dia, kamu tidak perlu merasa bersalah pada saya, tapi kamu harus merasa bersalah pada diri kamu sendiri. Saya juga meminta maaf kepada kamu, Nak. Mungkin karena saya kurang bisa memberikan waktu untukmu," ujar Rano.

George Rompas mengatakan, ketika dia membaca dan mendengar Rano Karno mengatakan: “Saya tidak akan meninggalkan Raka sedetik pun, apa pun konsekuensinya,” dia pun tertunduk dan mengucap syukur kepada Tuhan. “Kendati mungkin agak terlambat dari waktu kejadian itu, tetapi saya berjanji akan bicara kepada media. Sebab cinta kasih seorang ayah yang luar biasa seperti itulah, yang sangat dibutuhkan para penderita pengguna narkoba," simpul Pdt George Rompas yang sudah kurang lebih delapan tahun menggunakan kursi roda.  (ian/erde)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan pesan Anda.

Berita Nasional Narkoba