Tak masuk diakal, bila seorang Pembantu Rektor 1 (PR-1) yang membawahi bidang akademi di sebuah Perguruan Tinggi atau Universitas, mengancam seorang rohaniawan. Pasalnya, bidang akademik itu sangat berkaitan dengan pendidikan mental dan moral. Tapi apa mau dikata, itulah realitas yang dialami Pandita Budha, Bibiana Runtuwene, di Universitas Sari Putra (Unsrit), di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Bibiana diancam lewat telepon langsung akan dipukul dan mendapat caci maki lewat SMS oleh pejabat PR-1 Unsrit Rooitje Rumende.
Kepada bnn di Tomohon hari Rabu, 03 Oktober 2012, Bibiana secara terbuka mengungkapkan, bahwa Rooitje Rumen-de sesungguhnya masih terdaftar sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan bekerja sebagai dosen di Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, tetapi melakukan jabatan rangkap sebagai PR-1 di Unsrit Tomohon. "Karena itu, sepantasnya bila Rektor Unsrat Prof. Dr. Donald Rumokoy SH, MH, menarik Rooitje Rumende ke Unsrat dan memeriksa perbuatannya yang melanggar aturan yang berlaku di negeri ini," tegas Pandit Bibiana.
Kisahnya, Pandita Bibiana Runtuwene pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor 2 (PR-2) yang membidangi administrasi di Unsrit. Itulah yang menjadikan Unsrit melekat di hatinya. Apalagi Bibiana adalah seorang rohaniawan yang juga salah satu adik kandung dari Rektor Unsrit, sehingga sekalipun sudah tidak menjabat sebagai PR-2 di kampus tersebut, Bibiana sangat dekat dan berhubungan baik dengan para pegawai dan mahasiswa Unsrit.
Pandita Bibiana Runtuwene meng-ungkapkan, persoalan yang menimpa dirinya di Unsrit Tomohon itu sangat menyedihkan. "Seperti pepatah menga-takan air susu dibalas dengan air tuba, itulah yang saya alami di Unsrit ini," tutur Bibiana Runtuwene.
Pandita Budha itu mengisahkan, pada hari Rabu, 18 Juli 2012, dia mendapat informasi bahwa Agung Imanuel Rumende, salah satu anak pejabat Unsrit (PR-1), berusia sekitar 15 tahun terbaring sakit. Sebagai rohaniawan, Bibiana langsung merespon dengan mengirimkan kata-kata nasehat dan semangat lewat SMS ke PR1. "Namun, bukannya berterimah kasih.... Eeeh, malah lewat telpon langsung Pak Rooitje (PR-1 Unsrit, red) mengancam akan memukul saya.
Dan, lewat SMS dia mengirim kata-kata yang sangat kasar dan saya merasa terancam," kata Bibiana, sambil menunjukkan SMS dari PR-1 Unsrit tersebut kepada bnn.
Tercatat di HP Bibiana dua (2) SMS tertanggal 18 Juli 2012 pukul 21.43 WITA, dan tanggal 18 Juli 2012 pukul 21.59 WITA, dari nomor HP PR-1 Unsrit itu.
Isi SMS pertama: "Ngana (kau) nda layak disapa Meicy. Ngana kurang sama dengan pocong hidop yang bersembunyi di balik sapaan Meicy. Pocong identik dengan anjing ngana (kau anjing). Sedangkan isi SMS kedua: Ngana pocong, kerjanya menekan, mengganggu orang. Ngana kurang sama dengan anjing gila.
Karena takut, Bibiana langsung melaporkan ancaman PR-1 Unsrit, Rooitje Rumende, itu ke Polres Tomohon. Dan, di hadapan penyidik Polres Tomohon, Rooitje Rumende mengakui telah marah dan mengancam akan memukul Bibiana. Namun anehnya, ketika diperiksa oleh penyidik Polres Tomohon, hari Sabtu 11 Agst 12, saksi Agung Imanuel Rumende, yang adalah anak kandung dari PR-1 Unsrit itu, mengatakan bahwa dua SMS yang keluar dari HP ayahnya tersebut ditulis dan dikirim oleh dia, saat HP ayahnya itu tertinggal di dekat dia.
Ketua Lembaga Sandi Brata DPD Sulut, Repsi Nongko, melalui sekretarisnya Michael Walewangko mengatakan kepada bnn di Tomohon, hari Senin, 03 Sept 2012, pihaknya prihatin dengan apa yang dialami oleh Pandita Bibiana Runtuwene itu. "Pandita Bibiana itu kan seorang rohaniawan! Masa harus mendapatkan perlakuan yang tidak pantas seperti itu, apalagi oleh seorang petinggi akademisi, dosen, yang notabene cendekiawan. Seharusnya Pandita Bibiana itu harus dihormati bukannya dimaki-maki dengan kata-kata kasar itu," ujar Michael.
Sebagai lembaga ormas yang bergerak di bidang pengawasan (kontrol sosial), Sandi Brata mendukung upaya Polres Tomohon agar segera menindak lanjuti kasus itu ini dengan baik dan benar tanpa pandang buluh''papar Michael.
Menurut Bibiana, dia mendiduga latar belakang persoalan itu akibat ada beberapa orang yang tidak senang dengan kehadiran Bibiana di Unsrit. Pasalnya, Bibiana adalah orang yang banyak tahu persoalan (rahasia gelap) beberapa petinggi Unsrit, sebab dia pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor-2. "Apalagi sejak Rootje Rumende menjabat sebagai PR-1, ada banyak masalah pelanggaran akademik yang saya temukan.
Ini yang menye-babkan Unsrit digoyang demo mahasiswa terkait dengan dugaan pelanggaran legalitas yang dipaksakan oleh oknum- oknum petinggi Unsrit yang tidak bertanggung jawab, dan dilaporkan ke beberapa lembaga tinggi pendidikan seperti Kopertis Wilayah 9 Makassar dan Lembaga Dikti di Senayan, Jakarta. (Adrian Pusungunaung / Bernad Wijaya)
Sebagai mahasiswa kami sangat keberatan kalau masalah internal antara 2 orang dihubung-hubungkan dengan Kampus, apalagi sudah sampai terekspos di media online seperti ini!!! Kalau cinta Kampus harusnya di selesaikan secara kekeluargaan saja, jangan membawa-bawa nama kampus!!! Kalau seperti ini kami sebagai mahasiswa juga yang malu, apa ini yang cinta kampus cinta mahasiswa?!!
BalasHapus